Rabu, 28 Maret 2012

Racun Tomcat membakar kulit




Sejak sepekan terakhir, masyarakat khususnya di Pulau Jawa, dihebohkan oleh serangan serangga Tomcat. Tak semanis namanya, si kucing Tom ini mengeluarkan racun ketika menggigit manusia. Akibatnya, kulit bagian luar penderita rusak. Penyebarannya meluas, mulai dari Surabaya, Denpasar, Yogyakarta hingga ke Bekasi.
Mulyadi Tedjapranata, dokter di Medizone Klinik Jakarta, mengatakan, merebaknya serangan serangga tomcat karena faktor lingkungan. Habitat asli hewan bernama latin, Paederus fuscipes yang di persawahan dan hutan mangrove tersebut sudah rusak dan banyak beralih fungsi menjadi kawasan permukiman. Otomatis, secara alamiah, mereka mencari lingkungan baru untuk tempat tinggal.
Biasanya, serangga ini mendekati tempat yang terang seperti perumahan penduduk. "Serangga ini punya kebiasaan mencari makan di siang hari sementara sore hari akan mencari cahaya," kata Mulyadi Ivan R. Sini, dokter di Rumah Sakit Bunda Jakarta, menambahkan, serangan tomcat terjadi karena kerusakan lingkungan. "Itu sudah hukum alam," katanya.
Selain itu, faktor musim juga mempengaruhi perkembangbiakan tomcat. Saat musim hujan dengan kondisi kelembaban tinggi, populasi wereng yang merupakan makanan dari tomcat meningkat. Otomatis, populasi tomcat juga bertambah banyak.
Serangga ini memiliki ciri bagian atas tubuh berwarna kuning gelap. Sementara bagian bawah tubuh abdomen dan kepala berwarna gelap. Tomcat juga punya sepasang sayap keras. Hewan ini juga sering disebut semut kanai atau semut kayap yang mengandung toksin paederin.
Dalam mendekati sasaran, tomcat merangkak sembari menyembunyikan sayapnya, sehingga sekilas lebih mirip semut dengan ukuran tak sampai satu centimeter. Namun, berbeda dengan semut, ketika merasa terganggu, tomcat menakuti musuh dengan menaikkan abdomen. Sehingga, terlihat seperti posisi kalajengking yang siap menyemprotkan racun. "Serangga ini memang tak menggigit," ujar Mulyadi.
Tomcat mengeluarkan racun hasil simbiosis dengan bakteri endosimibion dari genus pseudomonas yang ada di dalam hemolymph. Ini adalah cairan transparan yang mengangkut nutrisi, hormon, oksigen, dan sel-sel. Racun yang menyebabkan infeksi pada manusia berasal dari tomcat berjenis kelamin betina.
Penyebab luka bakar
Mulyadi bilang, berdasarkan sebuah riset, di dalam tubuh tomcat diduga ada cairan yang berefek racun lebih berbahaya daripada bisa ular kobra. Bahkan, racun ini bisa bertahan delapan tahun setelah tomcat mati.
Karena itu, Mulyadi meminta masyarakat tak panik ketika dihinggapi tomcat. Jangan dipukul dengan tangan karena tomcat secara otomatis akan mengeluarkan racun paederin, yang jika terkena kulit akan menyebabkan dermatitis. Kulit terasa panas dan setelah 24 jam hingga 48 jam memerah serta menggelembung. Gelembung itu berisi air seperti luka bakar.
Menurut Ivan, efek racun Tomcat sampai sekarang hanya menyerang bagian tubuh tertentu, misalnya kulit luar, dan tak bersifat sistemik menyerang kekebalan tubuh. "Hanya jika kekebalan tubuh rendah maka infeksi akan menyebar," imbuhnya.
Lantaran serangga tomcat mengeluarkan racun, si penderita harus memperbanyak konsumsi vitamin yang berasal dari buah-buahan untuk memperkuat daya tahan tubuh. "Itu akan membantu supaya infeksi tidak menyebar," tandas Ivan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar