Sejak sepekan terakhir, masyarakat
khususnya di Pulau Jawa, dihebohkan oleh serangan serangga Tomcat. Tak semanis
namanya, si kucing Tom ini mengeluarkan racun ketika menggigit manusia.
Akibatnya, kulit bagian luar penderita rusak. Penyebarannya meluas, mulai dari
Surabaya, Denpasar, Yogyakarta hingga ke Bekasi.
Mulyadi Tedjapranata, dokter di
Medizone Klinik Jakarta, mengatakan, merebaknya serangan serangga tomcat karena
faktor lingkungan. Habitat asli hewan bernama latin, Paederus fuscipes
yang di persawahan dan hutan mangrove tersebut sudah rusak dan banyak beralih
fungsi menjadi kawasan permukiman. Otomatis, secara alamiah, mereka mencari
lingkungan baru untuk tempat tinggal.
Biasanya, serangga ini mendekati
tempat yang terang seperti perumahan penduduk. "Serangga ini punya
kebiasaan mencari makan di siang hari sementara sore hari akan mencari
cahaya," kata Mulyadi Ivan R. Sini, dokter di Rumah Sakit Bunda Jakarta,
menambahkan, serangan tomcat terjadi karena kerusakan lingkungan. "Itu
sudah hukum alam," katanya.
Selain itu, faktor musim juga
mempengaruhi perkembangbiakan tomcat. Saat musim hujan dengan kondisi
kelembaban tinggi, populasi wereng yang merupakan makanan dari tomcat
meningkat. Otomatis, populasi tomcat juga bertambah banyak.
Serangga ini memiliki ciri bagian
atas tubuh berwarna kuning gelap. Sementara bagian bawah tubuh abdomen
dan kepala berwarna gelap. Tomcat juga punya sepasang sayap keras. Hewan ini
juga sering disebut semut kanai atau semut kayap yang mengandung toksin paederin.
Dalam mendekati sasaran, tomcat
merangkak sembari menyembunyikan sayapnya, sehingga sekilas lebih mirip semut
dengan ukuran tak sampai satu centimeter. Namun, berbeda dengan semut, ketika
merasa terganggu, tomcat menakuti musuh dengan menaikkan abdomen. Sehingga,
terlihat seperti posisi kalajengking yang siap menyemprotkan racun.
"Serangga ini memang tak menggigit," ujar Mulyadi.
Tomcat mengeluarkan racun hasil
simbiosis dengan bakteri endosimibion dari genus pseudomonas yang
ada di dalam hemolymph. Ini adalah cairan transparan yang mengangkut
nutrisi, hormon, oksigen, dan sel-sel. Racun yang menyebabkan infeksi pada
manusia berasal dari tomcat berjenis kelamin betina.
Penyebab luka bakar
Mulyadi bilang, berdasarkan sebuah
riset, di dalam tubuh tomcat diduga ada cairan yang berefek racun lebih
berbahaya daripada bisa ular kobra. Bahkan, racun ini bisa bertahan delapan
tahun setelah tomcat mati.
Karena itu, Mulyadi meminta
masyarakat tak panik ketika dihinggapi tomcat. Jangan dipukul dengan tangan
karena tomcat secara otomatis akan mengeluarkan racun paederin, yang
jika terkena kulit akan menyebabkan dermatitis. Kulit terasa panas dan setelah
24 jam hingga 48 jam memerah serta menggelembung. Gelembung itu berisi air
seperti luka bakar.
Menurut Ivan, efek racun Tomcat
sampai sekarang hanya menyerang bagian tubuh tertentu, misalnya kulit luar, dan
tak bersifat sistemik menyerang kekebalan tubuh. "Hanya jika kekebalan
tubuh rendah maka infeksi akan menyebar," imbuhnya.
Lantaran serangga tomcat
mengeluarkan racun, si penderita harus memperbanyak konsumsi vitamin yang
berasal dari buah-buahan untuk memperkuat daya tahan tubuh. "Itu akan
membantu supaya infeksi tidak menyebar," tandas Ivan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar